"Lakukanlah apa yang bermanfa'at untuk dirimu dan berpegang teguhlah dengannya"

Kamis, 16 Juli 2015

Kisah Imam Abu Hanifah Junior dan Kaum Atheis

Piawai dalam menjawab problematika filsafat, mungkin salah satu dari sekian kelebihan Imam Abu Hanifah.dan itu telah diperlihatkan saat beliau masih dalam usia kanak-kanak, saat beliau masih mengaji kepada gurunya yang bernama : Syeikh Hamad.

Suatu ketika Syeikh Hamad diundang berdebat oleh kaum Atheis mengenai existensi Tuhan. kaum Atheis merasa tidak puas dengan berbagai jawaban ulama pada saat itu. maka disepakatilah untuk mengundang beliau melalui sang Khalifah yang berkuasa saat itu.

"Apakah masih ada seorang di antara kalian ?," tantangan kaum atheis kepada para ulama yang telah diajaknya berdebat." masih ada, dialah Syeikh Hamad," kata mereka. coba hadirkan dia kesini  !," tegasnya lagi

Maka diundanglah Syeikh Hamad. dan pada waktunya tiba, Syeikh Hamad terlihat kebingungan. boleh jadi dia bingung karena malam harinya dia bermimpi sebuah rumah besar berhias, didalamnya terdapat pohon yang sedang berbuah, tiba-tiba datanglah seekor babi memakan buah, ranting dan daun pohon itu hingga tak menyisakan sedikitpun kecuali hanya batang pohon saja, tidak lama kemudian datanglah seekor macan dan langsung menerkam babi tersebut.

Imam Abu Hanifah junior yang dari tadi sedang asyik mendengarkan cerita mimpi sang guru itu lantas berkata : "Allah telah memberikan ilmu ta'bir mimpi kepada ku, mimpi ini adalah pertanda baik bagimu dan pertanda buruk buat musuh kita, seandainya tuan guru mengizinkan aku menta'birkan mimpi itu, niscaya aku akan menta'birkanya," dan lantas saja sang guru mempersilahkan muridnya, "Silahkan ta'birkan mimpi itu hai Nu'man (nama asli Abu Hanifah) !,"

Mulailah murid Syeikh Hamad ini menta'birkan mimpi sang guru, dan katanya: "rumah besar yang berhias itu adalah rumah islam, buah yang habis dimakan babi adalah para ulama, batang pohon yang tidak dimakan itu adalah tuan guru, seekor babi yang diterkam macan adalah kaum dahry dan macannya adalah saya sendiri".

Demikianlah tabir mimpi itu dikemukakan. kemudian Imam Abu Hanifah Junior pun mengajak tuan gurunya berangkat memenuhi undangan debat kaum atheis (Dahry) itu dan katanya, Ayo kita berangkat, dengan berkah semangat dan kehadhiratmu biralah aku yang akan menjawab dan mengalahkan kaum atheis itu." Syeikh Hamad pun gembira dengan tingkah muridnya yang satu ini.

Sampailah akhirnya sang murid dan guru itu ke arena debat. keduanya langsung memasuki arena.dan bersamaan itu juga, datanglah sang khalifah mendampinginya. bahkan manusia saat itu pun berkumpul di dekat tempat Syeikh Hamad duduk. dan mulailah perdebatan itu

Kaum atheis  : "Siapa yang menjawab pertanyaanku ini ?
Abu Hanifah  : "Aku
Kaum atheis  : "Hai bocah kecil siapa kau ?, jangankan kamu, mereka yang bersorban besar dan tua-tua saja tidak mampu menghadapi aku,"
Abu Hanifah  : "Allah tidak meletakan kemulian hanya kepada orang-orang yang bersorban besar saja, tetapi Dia juga meletakan kepada ulama macam aku !,
Kaum atheis  : "Apakah kau mampu menjawab pertanyaanku ?,"
Abu Hanifah  : "Bitaufiqillah, aku akan jawab segala pertanyaanmu !,"

Mulailah perdebatan itu berlangsung antara kaum atheis dan Imam Abu Hanifah Junior.

Kaum atheis  : "Apakah Tuhan itu ada ?,"
Abu Hanifah  : "Ada !,"
Kaum atheis  : "Dimana Tuhan itu ?,"
Abu Hanifah  : "Dia tidak bertempat !,"
Kaum atheis  : "Bagaimana sesuatu tidak bertempat ?,"
Abu Hanifah  : "Dalilnya ada di badanmu sendiri !,"
Kaum atheis  : "Apa itu ?!,"
Abu Hanifah  : "Adakah ruh di badanmu ?,"
Kaum atheis  : "Ya, ada,"
Abu Hanifah  : "Di mana ruh yang ada di badanmu itu ?, apakah ada di kepalamu atau di perutmu atau di      kakimu ?,"
Mulailah si atheis ini bingung. dan Abu Hanifah Junior pun melanjutkan tingkahnya dengan membawa segelas susu, selanjutnya ia pun bertanya lagi.
Abu Hanifah  : "Apakah didalam susu ini ada lemak ?,"
Kaum atheis  : "Ya,"
Abu Hanifah  : "Dimana letak lemaknya ? di atas atau di bawah ?,"
Si atheis pun kembali kebingungan. kemudian Abu Hanifah beranalogi
Abu Hanifah  : "Sebagaimana ruh tidak ada tempatnya di badan, pun juga lemak ini di dalam susu, demikian Tuhan pun tidak bertempat di alam semesta ini."
Tidak puas si atheis berdebat sampai disini, ia pun melontarkan pertanyaan lagi kepada Abu Hanifah yang tidak seimbang umurnya ini. 
Kaum atheis  : "Ada apa sebelum Allah dan ada apa sesudahnya?,"
Abu Hanifah  : "Tidak ada sesuatu sebelum dan sesudah-Nya."
Kaum atheis  : "Bagaimana mungkin sesuatu yang ada, tidak ada sesuatu sebelum dan sesudahnya ?,"
Abu Hanifah  : "Dalil itu ada di badanmu juga,"
Kaum atheis  : "Apa itu ?,"
Abu Hanifah  : "Ada apa sebelum jari jempolmu, dan ada apa sesudah jari kelingkingmu ?,"
Kaum atheis  : "Tidak ada apa-apa sebelum jari jempolku dan tidak ada apa-apa sesudah jari kelingkingku."
Rupanya si atheis pun masih belum puas juga ini orang. dan akhirnya ia melontarkan lagi satu pertanyaan terakhirnya.
Kaum atheis  : "Ada satu pertanyaan lagi."
Abu Hanifah  : "Beres, akan aku jawab insya Allah."
Kaum atheis  : "Allah sekarang sedang ngapain ?,"
Abu Hanifah pun tidak langsung menjawab, ia malah menyuruh si atheis ini turun dari mimbar sambil berkata: "Sebaiknya gantian saja, aku di atas mimbar dan sampean di bawah,,, baru  akan aku jawab pertanyaanmu."

Si atheis pun akhirnya turun dari atas mimbar dan naiklah Abu Hanifah Junior ke atas mimbar. setelah murid Syeikh Hamad ini berada di atas mimbar, si atheis bertanya soal pertanyaan yang tadi dia lontarkan dan di jawab dengan lantang oleh Abu Hanifah : "Allah sekarang sedang menjatuhkan orang bathil dari atas ke bawah macam sampean dan sedang menaikan orang benar dari bawah ke atas sepertiku !!".

{Sumber :M.Y.H. Fathul Syarah ad-Durrul Farid hal-7}
Share:

0 komentar:


jadwal-sholat