"Lakukanlah apa yang bermanfa'at untuk dirimu dan berpegang teguhlah dengannya"

Kamis, 14 September 2017

Inkar Sunnah Terkini


Para kritikus hadits membagi peng-inkar sunnah menjadi dua periodik :

  • Inkar Sunnah Klasik yaitu terjadi pada abad pertama hijriah hingga abad ketiga hijriah.
Imam Hasan al-Bashri salah seorang tokoh tabi'in menuturkan, "ketika sahabat Nabi yang bernama Imron bin Hushain mengajarkan hadits, tiba-tiba ada seorang yang memotong pembicaraan beliau, "Wahai Abu Nujaid (panggilan imron Bin Hushain ra) berilah kami pelajaran Al-Qur'an saja," Jawab Imron bin Hushain : "Seandainya anda dan kawan-kawan anda hanya memakai Al-Qur'an saja, maka dari mana anda akan tau shalat dzuhur itu empat raka'at, dari mana anda tau bahwa thawaf itu tujuh kali dan seterusnya".

Mendengar jawaban ini, lelaki yang tidak jelas identitasnya ini berkata : "Anda telah menyadarkan saya mudah-mudahan Allah selalu menyadarkan anda." dan kata Imam Hasan al-Bishri, "Sebelum matinya, orang ini (lelaki tidak jelas identitasnya) menjadi ahli fiqih.

Kisah ini menunjukan bahwa pada masa yang sangat dini sudah muncul ketidakpedulian terhadap hadits dan pada perkembangan selanjutnya menjadi cikal bakal munculnya paham yang menolak Al-Hadits sebagai salah satu sumber hukum Islam (inkar sunnah).

Dan Imam Syafi'i lah yang di kenal sebagai Nashirus Sunnah (pembela sunnah), beliau berhasil menundukkan para pengingkar sunnah pada periode inkar sunnah klasik ini setelah melalui perdebatan panjang, rasional dan ilmiah seperti yang beliau tuturkan sendiri di Kitab Al-Umm nya.
  • Inkar Sunnah Modern yaitu terjadi pada abad ke 14 hijriah (tahun 1850 M )
Kalau pada inkar klasik kerap di latar belakangi ketidaktahuan sebagian orang tentang fungsi dan kedudukan sunnah, Aksi mereka bersifat perorangan dan tidak menamakan dirinya sebagai mujahid dan banyak terjadi di irak.

Sementara inkar sunnah modern lebih di pengaruhi kolonialisme dan orientalis, berkelompok dan banyak para pengingkarnya mengklaim sebagai mujtahid. mereka terobsesi dengan pola pemikiran kolonial yang di anggap telah rasional, bahkan tidak segan-segan berkomentar miring. seperti kata salah seorang mereka : "Umat Islam pada masa sekarang ini tidak mempunyai Imam selain Al-Qur'an dan islam yang benar adalah islam pada masa awal sebelum terjadinya fitnah (perpecahan). Umat islam tidak akan maju tanpa dengan semangat yang menjiwai umat islam yang pada abad pertama, yaitu Al-Qur'an. dan semua hal selain Al-Qur'an akan menjadi kendala yang akan menghalangi antara Al-Qur'an dan ilmu serta amal."..

Demikian komentar Abu Rayyah menggaris bawahi gejala inkar sunnah modern yang terjadi di mesir (1266-1323 H/1849-1905 M)

Bahkan Prop.Dr.Musthafa as-siba'i mensitir sepenggal perkataan salah seorang pengingkar sunnah yaitu : "Senjata yang paling ampuh untuk membela islam adalah logika dan argumen yang rasional."

Belum lagi serangan para orientalis. menurut Prop. Dr. Musthafa Azami, sarjana barat yang pertama kali melakukan kajian tentang hadits adalah Goldziher orientalis yahudi kelahiran Hongaria yang hidup antara tahun 1850-1921 M. dalam sebuah buku yang merupakan hasil penelitiannya tentang hadits yang berjudul "Muhammadanisce Studien" (study islam) yang hingga saat ini buku tersebut menjadi kitab suci kalangan orientalis.

Dan yang sangat gila dari hasil penelitiannya menyimpulkan "Bagian terbesar dari hadits tidak lain adalah hasil perkembangan islam pada abad pertama dan kedua, baik dalam bidang ke agamaan, politik, maupun sosial. tidaklah benar pendapat yang mengatakan bahwa hadits merupakan dokumen islam yang sudah ada sejak masa dini (masa pertumbuhan) melainkan adalah pengaruh perkembangan islam pada masa kematangan." dalam kata lain Goldziher berkesimpulan meragukan adanya orientasi hadits sebagai sabda Nabi (hadits tidak berasal dari Nabi).

Kemudian muncul lagi orientalis lain yang lebih gila. dialah Joseph Schacht yang pada akhirnya berkesimpulan dalam bukunya yang berjudul The Originis Muhammad Jurisprudence, "Tidak ada satupun hadits yang otentik dari Nabi Saw, khususnya hadits-hadits yang berkaitan dengan rukun islam."

Dan lantas saja buku sesatnya ini menjadi buku suci kedua kalangan orientalis. seperti kata Prop. Gibb, "Buku Schacht ini kelak akan menjadi rujukan pokok bagi semua kajian tentang peradaban dan hukum  islam, paling tidak di barat". bahkan Prop. Anderson dari Universitas London melarang mahasiswanya mengkritik buku suci kedua orientalis ini. katanya "Bila anda ingin meraih gelar Doktor, jangan sekali-kali anda mengkritik Schacht, karena pihak Universitas tidak akan mengijinkan hal ini."

Jadi baik Goldziher maupun Schacht berpendapat bahwa hadits tidaklah berasal dari Nabi Muhammad Saw, melainkan sesuatu yang lahir pada abad pertama dan kedua hijriah. atau dengan kata lain Hadits adalah bikinan para ulama abad pertama dan kedua hijriah.

Demikian sepintas tentang inkar sunnah modern dan sebagaimana di nyatakan dalam hadits "Senantiasa ada dalam umatku sekelompok orang yang menegakkan kebenaran.

Terowong masa depan Nabi Saw dalam hadits pun terbukti, maka muncullah para pakar hadits kaum muslimin yang membabat habis pernyataan dan kesimpulan gila itu. sebutlah Dr.Musthafa as-Siba'i, Dr.Musthafa Azami, Dr.Muhammad Ajjad khatib dan tokoh pemerhati hadits yang lain.

Para ulama pakar hadits tersebut dengan sangat mudah mementahkan komentar-komentar miring para orientalis di atas yaitu mereka menunjukan tulisan dan catatan hadits yang di tulis dan di catat oleh para sahabat dimasa Nabi Saw masih ada, yang oleh pakar hadits klasik di istilahkan dengan daftar, kurrasah, diwan, kitab, shahifah, (yaitu alat tulis yang panjang di gulung) berbeda dengan karya-karya sekarang di mana penulisnya memberikan nama tertentu untuk karya tulisannya itu.

Tidak kurang dari lima puluh dua orang sahabat Nabi Saw yang telah menulis kitab (shahifah) yang berisi hadits-hadits Nabi Saw, yang mereka terima dari Nabi Saw. atau mereka mendiktekan hadit-hadits tersebut kepada para muridnya. misalnya sahabat Ali ra memiliki shahifah yang selalu di ikatkan di pedangnya.

Namun demikian ada juga sahabat yang memberikan nama shahifah-shahifahnya, misalnya Abdullah bin Amr bin Ash (wafat 65 hijriah) beliau memberikan nama dengan "as-Shadiqah". beliau memperoleh izin dari Nabi Saw untuk menulis hadits-haditsnya. dan dialah diantara para sahabat yang banyak menulis hadits Nabi Saw kitab as-Shadiqah itu dia simpan dalam sebuah peti kayu agar tidak rusak atau hilang. dan menurut Ibnu al-Atsir, kitab tersebut memuat seribu buah hadits. dan menurut sumber lainnya hanya lima ratus hadits. dan kita tidak menemukan naskah asli dari kitab tersebut, yang ada hanyalah salinannya saja yang selengkapnya termuat dalam Musnad Imam Ahmad bin Hanbal dan kitab-kitab yang lain.

Walau bagaimanapun, kitab as-shadiqah ini merupakan dokumen ilmiah yang sangat penting, karena ia membuktikan adanya penulisan hadits di hadapan Nabi Saw sendiri dan atas izin dari beliau. Para pakar hadits berpendapat, kemudian pada pertengahan abad kedua hijriah inilah merupakan masa pembukuan kembali hadits secara besar-besaran dengan metode tabwib (pembuatan bab) semisal :
  • Ibnu Juraij (wafat 150 H) di mekah
  • Malik Bin Anas (wafat 179 H) di madinah
  • Hammad bin Salamah (wafat 167 H) di bashrah
  • Sufyan at-Tsauri (wafat 161 H) di kuffah
  • Ma'mar bin Rasyid (wafat 153 H) di yaman
  • al-Auza'i (wafat 157 H) di syam
  • Abdullah bin al-Mubarak (wafat 181 H) di khurasan
  • Jabir bin Abdul Hamid (wafat 188 H) di ray
  • Dan lain-lain.
Satu hal yang penting juga di ketengahkan di sini sebagai jawaban atas kesimpulan gila para orientalis di atas tadi yang berpendapat bahwa hadits tidaklah berasal dari Nabi Muhammad Saw, melainkan sesuatu yang lahir pada abad pertama dan kedua hijriah. atau dengan kata lain, hadits adalah bikinan para ulama abad pertama dan kedua hijriah.

Adalah tentang shahifah Suhail bin Abi shalih (wafat 138 H), suhail juga menulis hadits yang ia terima dari ayahnya (Abu Suhail), dan ayahnya menerima hadits itu dari Abu Huarirah salah seorang sahabat Nabi Saw karena suhail tidak menanamkan karya tulisannya itu. oleh karena itu kitab suhail populer denga sebutan Nuskhah Suhail bin Abi Shalih saja. dan yang menarik pada tahun 1966 naskah Suhail bin Abi Shalih ini di temukan dalam bentuk manuskrip (tulisan tangan) oleh Muhammad Musthafa Azami di perpustakaan al-Dhahiriyah Damaskus Syiria.
 
Azami kemudian meneliti, mengedit, dan menerbitkannya bersama desertasinya untuk meraih gelar Doktor dari Universitas Cambridge Inggris. Maka pada gilirannya Nuskhah Suhail bin Abi Shalih ini juga ikut memperkuat pembuktian bahwa hadits Nabawi telah di tulis dan di bukukan pada masa yang sangat dini dalam sejarah islam.
 
Demikian periode inkar sunnah yang akhirnya di tumpas oleh para ulama di masanya. mereka telah mengembalikan fungsi sunnah dan kedudukannya sebagai sumber kedua islam. jerih payah mereka dalam membukukan hadits dan membela otentisitas hadits di catat dalam sejarah islam sebagai langkah emas. mudah-mudahan Allah melimpahkan pahala yang berlipat ganda buat mereka para penyelamat dan pendekar hadits.
Tinggallah kini kaum yang bergaya kekampus-kampusan yang alergi dengan hal yang berbau kitab kuning karena di anggap telah lapuk di gilas zaman padahal ia pun bingung cara bacanya  karena kebanyakan GUNDUL tak berbaris.
Menawarkan ide tidak lakunya di mata para pakar hadits klasik dan modern dengan sebuah keyakinan bahwa hanya hadits-hadits riwayat Imam Bukhori dan Imam Muslim saja yang akan di terima sebagai rujukan dalil mengingat keshahihan Hadits-haditsnya, selebihnya di campakkan tiada guna sama sekali, bahkan ledeknya :
  • Apa sunan Abu Daud..?
  • Apa sunan Ibnu Majah..?
  • Apa sunan Turmidzi..?
  • Apa sunan Nasa'i..?
  • Apa sunan Baihaqi..?
  • Apa sunan Darimi..?
  • Apa Muwattha Malik..? 
  • Apa itu mustadrak Imam Hakim..?
  • Apa itu Musnad Imam Ahmad..?
  • Apa itu..Apa itu........?
Buruk sangka terhadap hadits-hadits selain riwayat Imam Bukhori dan Imam Muslim rupanya yang telah merasuki jiwa mereka sebagaimana yang kerap terlontar di mulut mereka dengan bahasa dhaif, dhaif dan dhaif alias hadits lemah, haditsnya tidak shahih, haditsnya tidak kuat.
 
Adakah mereka pernah menyelidiki satu demi satu mata rantai (sanad) semua hadits itu sesuai koridor ilmu kritik hadits...? atau hanya katanya dan katanya yang menyebabkan mereka alergi dengan kitab-kitab hadits tersebut di atas..?
 
Kalau begitu Inkar "Sunnah Terkini" mungkin  lebel yang pantas mereka sandang.
 
//Source : Muhammad Yusuf Hidayat.
  

 







Share:

0 komentar:


jadwal-sholat