"Lakukanlah apa yang bermanfa'at untuk dirimu dan berpegang teguhlah dengannya"

Sabtu, 19 Agustus 2017

Moralis minus Fiqih

Komentar Ulama, siapa saja yang ber-tasawuf tapi tidak berfiqih maka dia zindiq. dan siapa saja yang ber-fiqih tapi tidak ber-tasawuf maka dia fasiq.

Sebuah kekeliruan fatal saat orang bertasawuf (ber-akhlaq/ber-thoriqoh/ber-suluk/ber-riyadhoh) tapi tidak pernah mengerti dunia fiqih (hukum islam), dan juga tidak cukup bagi faqih mencampakkan dunia tasawuf.

Fiqih berbicara soal sah dan batal, halal dan haram, sunah dan makruh, serta mubah. tasawuf berbicara soal sempurna dan tidak sempurna, afdhol dan tidak afdhol, layak dan tidak layak, melanggar dan tidak melanggar.

Faqih (pakar hukum islam) mengetahui persoalaan ini halal dan haram, suci dan najis. sementara sufi (moralis islam) mendekati yang halal dan suci dan menghindar dari persoalan haram dan najis.

Jadi, tidak cukup hanya 'alima (mengetahui) tapi juga harus 'amila (mengamalkan), ber'amila juga tidak cukup tanpa ber'alima. dalam kata lain tidak cukup hanya bergelar 'Alim tanpa 'Amil. juga tidak layak hanya bergelar 'Amil tanpa 'Alim.

Alkisah, ada dua orang kakak beradik tinggal disebuah desa. sang adik berangkat mengaji menimba ilmu sementara sang kakak mencukupkan dirinya di rumah dan ramah lingkungan bukan hanya kepada manusia tetapi binatang juga.

Suatu ketika sang kakak pergi ke sawah memanggul pacul, belum sampai ketujuan, tanpa disengaja menginjak seeokor katak yang sedang asik nongkrong di bawah dedaunan di pinggir parit, "ngek" demikian bunyi injakan tak sengaja sang kakak ini pada katak tadi. demi mendengar suara meringsek tadi, sang kakakpun secepat kilat cari tahu apa yang barusan saja di injaknya. Oh...rupanya seekor katak yang sedang menggelepar sekarat akibat injakannya. perasaan bersalah dan bersedih lantaran pijakannya tadi, lantas saja katak yang sekarat itu di comot dan diletakkan di tangan kirinya sambil bersedih, "Oh, maafkan aku, aku tak sengaja menginjakmu, aku akan membawamu pulang untuk ku obati." ditengah perjalanan, sang katak itupun menghembuskan nafas terakhir. si kakak semakin sedih kemudian sebagai rasa sayangnya kepada hewan itu, katak itupun dijemur berhari-hari hingga kering, selanjutnya dimanapun si kakak ini sholat, katak itu selalu berada bersamanya diselipkan di pecinya. kejadian ini terus berlangsung hingga si adik pulang sari pasantren.

Suatu ketika keduanya sholat berjamaah, dengan imam sang kakak yang lebih tua. selesai sholat berjama'ah, sang kakakpun bercerita dari A hingga Z kejadian yang menimpa dirinya dengan katak yang masih diselipkan di sela pecinya.

Si adik pun rupanya tak banyak menanggapi cerita kakaknya. dan lantas saja ia mengulang sholatnya secara munfarid dan dengan keyakinan bahwa sholat berjama'ah tadi tidak sah karena sang kakak jelas-jelas membawa bangkai yang tidak dimaaf di pakaian dan di badan dalam sholat.
Share:

0 komentar:


jadwal-sholat